Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai
beragam suku, bahasa dan budaya. Dan Wayang salah satu budaya asli indonesia.
Selama ini wayang yang kita kenal mungkin hanya wayang kulit, golek dan wayang
orang, meski sebenarnya ternyata ada bermacam-macam jenis wayang.
Berikut ini adalah jenis wayang beserta alur ceritanya :
- wayang purwa / kulit : wayang yang terbuat
dari kulit binatang. Bercerita tentang kisah Mahabaratha dan Ramayana.
- wayang wong / orang : wayang yang
tokoh-tokohnya dimainkan oleh orang / manusia. Kisahnya tentang Mahabaratha dan
Ramayana.
- wayang golek ”pasundan” : wayang yang terbuat
dari kayu. Alur cerita Mahabaratha dan Ramayana.
- wayang golek ”Brebes Tegal” : wayang yang
terbuat dari kayu menyerupai manusia. Alur cerita mengenai Babad (seperti
ketoprak)
- wayang suluh : wayang yang terbuat dari kulit
binatang menyerupai manusia. Alur cerita mengenai kehidupan manusia.
- wayang beber : wayang yang berwujud gambar
jejeran, terbuat dari kertas tebal/mori. Bercerita tentang Raden Panji inu
kertapati dan Dewi sekartaji.
- wayang wahyu : wayang terbuat dari kulit
binatang, menyerupai manusia. Alur cerita tentang penerangan agama (katholik)
- wayang menak : wayang terbuat dari kayu,
dibuat menyerupai manusia. Cerita tentang wong agung, umarmaya, umarmadi
(dakwah agama islam)
- wayang krucil : wayang terbuat dari kulit
berukuran kecil dengan satu yang bisa digerakkan, satu tangan lagi permanen
bertolak pinggang (tidak bisa digerakkan). Cerita : Babad.
- wayang madya : wayang terbuat dari kulit
binatang, sewaktu jaman kerajaan Demak. cerita : Mahabaratha.
- wayang potehi : wayang berwujud boneka kecil.
Cerita tentang Jaman kerajaan Tartar (babad china)
- wayang jemblung : wayang terbuat dari kayu,
menyerupai manusia, tersebar di daerah pesisir utara pulau jawa, blora, cepu.
Cerita tentang babad (ketoprak)
Petruk
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Nama lain:
|
Dawala
Kantong Bolong
Dublajaya
Pentungpinanggul
|
Posisi:
|
Punakawan
|
Jenis kelamin:
|
Pria
|
Ciri-ciri:
|
Berhidung panjang dan berkulit hitam
|
Keistimewaan:
|
Senang bergurau
|
Senjata:
|
Kapak
|
Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak keturunan/trah Witaradya. Petruk tidak
disebutkan dalam kitab Mahabarata. Jadi jelas bahwa kehadirannya dalam dunia pewayangan merupakan gubahan
asli Jawa. Di ranah Pasundan, Petruk lebih dikenal dengan nama Dawala atau Udel.
Kisah
Masa lalu
Menurut pedalangan, ia adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut bernama Begawan Salantara. Sebelumnya ia
bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan
ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih
tanding/sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia
ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi
dari pertapaan Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit, untuk
mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang
tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul,
tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi
cacat dan berubah sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelahian ini
kemudian dipisahkan oleh Smarasanta (Semar) dan Bagong yang mengiringi Batara Ismaya. Mereka diberi
petuah dan nasihat sehingga akhirnya keduanya menyerahkan diri dan berguru
kepada Smara/Semar dan mengabdi kepada Sanghyang Ismaya. Demikianlah peristiwa
tersebut diceritakan dalam lakon Batara Ismaya Krama.
Karena perubahan wujud tersebut masing-masing kemudian
berganti nama. Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang
Sukodadi menjadi Gareng.
Istri dan keturunan
Petruk mempuyai istri bernama Dewi Ambarwati, putri Prabu
Ambarsraya, raja Negara Pandansurat yang didapatnya melalui perang tanding.
Para pelamarnya antara lain: Kalagumarang dan Prabu Kalawahana raja raksasa di
Guwaseluman. Petruk harus menghadapi mereka dengan perang tanding dan akhirnya
ia dapat mengalahkan mereka dan keluar sebagai pemenang. Dewi Ambarwati
kemudian diboyong ke Girisarangan dan Resi Pariknan yang memangku
perkawinannya. Dalam perkawinan ini mereka mempunyai anak lelaki dan diberi
nama Lengkungkusuma.
Petruk dalam
lakon pewayangan
Oleh karena Petruk merupakan tokoh pelawak/dagelan (Jawa), kemudian oleh seorang dalang digubah suatu lakon khusus yang
penuh dengan lelucon-lelucon dan kemudian diikuti dalang-dalang lainnya,
sehingga terdapat banyak sekali lakon-lakon yang menceritakan kisah-kisah
Petruk yang menggelikan, contohnya lakon Pétruk Ilang Pethèlé
("Petruk kehilangan kapaknya").
Dalam kisah Ambangan Candi Spataharga/Saptaraga,
Dewi Mustakaweni, putri dari
negara Imantaka, berhasil mencuri pusaka Jamus Kalimasada dengan jalan menyamar sebagai kerabat Pandawa (Gatutkaca), sehingga dengan mudah ia dapat membawa lari pusaka
tersebut. Kalimasada kemudian menjadi rebutan antara kedua negara itu. Di dalam
kekeruhan dan kekacauan yang timbul tersebut, Petruk mengambil kesempatan
menyembunyikan Kalimasada, sehingga karena kekuatan dan pengaruhnya yang ampuh,
Petruk dapat menjadi raja menduduki singgasana Kerajaan Lojitengara dan
bergelar Prabu Welgeduwelbeh. Lakon ini terkenal dengan judul Petruk Dadi
Ratu ("Petruk Menjadi Raja"). Prabu Welgeduwelbeh/Petruk dengan
kesaktiannya dapat membuka rahasia Prabu Pandupragola, raja negara
Tracanggribig, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri, yaitu Nala Gareng. Dan sebaliknya Bagong-lah yang menurunkan Prabu
Welgeduwelbeh dari tahta kerajaan Lojitengara dan terbongkar rahasianya menjadi
Petruk kembali. Kalimasada kemudian dikembalikan kepada pemilik aslinya, Prabu Puntadewa.
Hubungan dengan
punakawan lainnya
Petruk dan panakawan yang lain (Semar, Gareng dan Bagong) selalu hidup di dalam suasana
kerukunan sebagai satu keluarga. Bila tidak ada kepentingan yang istimewa,
mereka tidak pernah berpisah satu sama lain. Mengenai Punakawan, punakawan
berarti ”kawan yang menyaksikan” atau pengiring. Saksi dianggap sah, apabila
terdiri dari dua orang, yang terbaik apabila saksi tersebut terdiri dari
orang-orang yang bukan sekeluarga. Sebagai saksi seseorang harus dekat dan
mengetahui sesuatu yang harus disaksikannya. Di dalam pedalangan, saksi atau
punakawan itu memang hanya terdiri dari dua orang, yaitu Semar dan Bagong bagi
trah Witaradya.
Sebelum Sanghyang Ismaya menjelma dalam
diri cucunya yang bernama Smarasanta (Semar), kecuali Semar dengan Bagong yang
tercipta dari bayangannya, mereka kemudian mendapatkan Gareng/Bambang Sukodadi
dan Petruk/Bambang Panyukilan. Setelah Batara Ismaya menjelma kepada Janggan
Smarasanta (menjadi Semar), maka Gareng dan Petruk tetap menggabungkan diri
kepada Semar dan Bagong. Disinilah saat mulai adanya punakawan yang terdiri
dari empat orang dan kemudian mendapat sebutan dengan nana ”parepat/prapat”.
Komik dan Film
Pada tahun 1960an, di Indonesia pernah diterbitkan dagelan versi komik dari tokoh punakawan ini. Komik
tersebut berjudul Petruk dan Gareng. Sebenarnya bukan hanya satu komikus yang
pernah membuat komik ini, namun Indri Soedono adalah komikus yang disebut
mengawalinya. Indri Soedono adalah komikus yang paling produktif membuat komik
Petruk dan Gareng ini di tahun 1960an hingga tahun 1970an, karya-karyanya
banyak diterbitkan oleh CV Loka Tjipta Semarang. Komikus lain yang mengikutinya
adalah Oerip, Rini AS, Leo, Sopoiki, Tjepi, Ricky NS, dan Tatang S.
Diantara para komikus yang pernah menggarap Petruk dan
Gareng, Tatang S adalah salah satu komikus yang paling tenar sebagai membuat
komik Petruk dan Gareng karena dia yang masih tetap bertahan membuat komik ini
meski pada tahun 1980an dunia perkomikan di Indonesia mulai meredup. Dia
membuat komik Petruk dan Gareng dengan format sederhana dan mendistribusikan
langsung ke sekolah-sekolah dasar melalui penjual mainan anak-anak. Komik
dengan format sederhana tersebut kebanyakan diterbitkan Gultom Agency.
Komik Petruk dan Gareng yang pernah digarap oleh para
komikus Indonesia ini berbeda dengan kisah pewayangan aslinya, setting dari
komik ini lebih modern. Mulai masyarakat perkotaan hingga masyarakat pedesaan,
lengkap dengan atribut-atribut masa kini yaitu sepeda motor dan mobil.
Kemudian pada tahun 2011, pertama kali dagelan Petruk
dan Gareng versi komik ini dibuat filmnya. Film tersebut berjudul Gareng dan
Petruk dalam kisah Super - Horror the Movie. Film berdurasi 27 menit ini
diputar pertama kali di Bioskop 21 Dieng Plasa Kota Malang. Film komedi ini dibuat oleh Padepokan Film Malang, salah satu komunitas
film di Kota Malang bekerjasama dengan Radio MFM dan Indosat.
Sumber :