Model
Untuk Pengambilan Keputusan
Model
di buat secara sederhana namun mengandung unsure-unsur utama dari suatu produk
dengan mengunakan model pengambilam keputusan umumnya dapat dilakukan dengan
Mudah , Praktis dan Cepat .
Model
digunakan untuk berbagai aspek kehidupan. Model dapat di klasifikasikan dalam
tiga bentuk yaitu berupa :
1.
Model Fisi
2.
Model Skematik
3.
Model Matematika.
Berikut
merupakan penjelasan dari ketiga model diatas :
Model Fisik
Model
ini mengambarkan objek aslinya. Misal prototype suatu Mobil, Kereta, Pesawat.
Keuntungan dari model ini adalah dapat memberikan efek Visual terhadap keadaan
nyata dari benda tersebut.
Model Skematik
Model
ini dibentuk dalam bentuk Skema, Diagram, dan Grafik. Model ini lebih simple dan
mudah dibandingkan model sebelumnya, model ini
sangat mudah dilakukan penyesuaian jika ingin melakukan perubahan. Dan banyaknya
pengunaan warna dapat memberikan gambaran dari situasi nyata dan lebih
memperkaya tampilan.
Model Matematika
Model
ini biasanya menggunakan Simbol, Rumus, ataupun Persamaan yang mengambarkan
perusahaan yang dalam proses atau system yang diwakili. Model ini sanagt tidak
awam bagi seorang pemula. Tingkat abtraksi yang sangat tinggi dan merupakan
alat analisis yang berguna.
Jadi
Model dalam pengambilan keputusan ini memberikan dari keadaan nyata dan bias bervariasi
dari sederhana ke sangat kompleks. Jika ingin mengunakan model ini, harus
mencakup aspek yang relevan dengan mengunakan keputusan yang akan diambil.
TIPE
PANGAMBILAN KEPUTUSAN
Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana
tidak begitu penting bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi
tidak begitu besar. Dalam hal ini mungkin tidak bernilai waktu bagi konsumen,
usaha untuk pencarian informasi tentang merek dan untuk mempertimbangkan
pilihan yang luas. Dengan demikian, keterlibatan kepentingan pembelian yang
rendah umumnya memerlukan proses keputusan yang terbatas “ a limited process of
decision making”.
Pengambilan keputusan vs kebiasaan dan keterlibatan kepentingan yang rendah vs
keterlibatan kepentingan yang tinggi menghasilkan empat tipe proses pembelian
konsumen.
Empat
Tipe Proses Pembelian Konsumen :
1. Proses
“ Complex Decision Making “2
Terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada
pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem
fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam
kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi
dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu
seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk
mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan
keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti
persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan
stratergi pemasaran.
2. Proses
“ Brand Loyalty “
Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari
pengalaman masa lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit
atau tidak ada proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh
pembelian sepatu karet basket merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam
setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen, sepatu basket
karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang
dewasa karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian
yang lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak
penting keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
3. Proses
“ Limited Decision Making “
Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun
mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya
memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli
barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya
dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih
terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan
keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu
tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan
kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah
bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila
resikonya minimal.
4. Proses
“ Inertia “
Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan
tidak ada pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang
sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu
yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian
informasi pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat
bahwa dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek
hanya menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada
perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertyas
tisu.
Pengambilan
Keputusan Yang Kompleks
Untuk memahami keputusan yang komplek maka perlu
dipahami hakekat keterlibatan konsumen dengan suatu produk.
Kondisi keterlibatan konsumen akan suatu produk,
apabila produk tersebut adalah :
1.
Penting bagi konsumen karena image
konsumen sendiri, misalnya pembelian mobil sebagai simbol status.
2.
Memberikan daya tarik yang terus menerus
kepada konsumen, misal dalam dunia mode ketertarikan konsumen model pakaian.
3.
Mengandung resiko tertentu, misal resiko
keuangan untuk membeli rumah, resiko teknologi untuk pembelian komputer.
4.
Mempunyai ketertarikan emosional, misal
pencinta musik membeli Sistem stereo yang baru.
5.
Dikenal dalam kelompok grupnya atau “
badge “ value dari barang yang bersangkutan, seperti jaket kulit, mobil
marsedes atau scarf dari Gucci.
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PEMECAHAN MASALAH
Penyelesaian atau pemecahan masalah adalah bagian
dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling kompleks di
antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai
proses kognitif
tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol
lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika
suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk
bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju.
Keputusan konsumen untuk membeli atau tidak membeli
suatu produk atau jasa merupakan saat yang penting bagi pemasar. Keputusan ini
dapat menandai apakah suatu strategi pemasaran telah cukup bijaksana,
berwawasan luas, dan efektif, atau apakah kurang baik direncanakan atau keliru
menetapkan sasaran. Keputusan merupakan seleksi terhadap dua pilihan
alternative atau lebih.
Riset konsumen eksperimental mengungkapkan bahwa
menyediakan pilihan bagi konsumen ketika sesungguhnya tidak ada satu pun
pilihan, dapat dijadikan strategi bisnis yang tepat, strategi tersebut dapat
meningkatkan penjualan dalam jumlah yang sangat besar.
Terdapat tiga tingkat pengambilan keputusan konsumen spesifik, yaitu:
1.
Pemecahan masalah yang luas, konsumen
membutuhkan berbagai informasi untuk menetapkan serangkaian kriteria yang
berguna menilai merek-merek tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai
setiap merek yang akan dipertimbangkan. Pemecahan masalah yang terbatas,
konsumen tetal menetapkan criteria dasar untuk menilai kategori produk dan
berbagai merek dalam kategori tersebut.
2. Perilaku
sebagai respon yang rutin, konsumen telah memepunyai beberapa pengalaman
mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik
untuk menilai berbagai merek yang sedang mereka pertimbangkan.
Teori-teori
pengambilan keputusan konsumen bervariasi, tergantung kepada asumsi peneliti
mengenai sifat-sifat manusia. Terdapat empat pandangan atas pengambilan
keputusan konsumen:
1.
Pandangan
ekonomi, konsumen sering dianggap sebagai pengambil
keputusan yang rasional.
2. Pandangan pasif,
menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentingan
melayani diri dan usaha promosi para pemasar. Para konsumen dianggap sebagai
pembeli yang menurutkan kata hati dan irasional.
3. Pandangan kognitif,
menggambarkan konsumen berada diantara pandangan ekonomi dan pandangan pasif
yang ekstrim, yang tidak (atau tidak dapat) memperoleh pengetahuan yang mutlak
mengenai semua alternatif produk yang tersedia dan karena itu tidak dapat
mengambil keputusan yang sempurna, namun secara aktif mencari informasi dan
berusaha mengambil keputusan yang memuaskan.
4. Pandangan emosional,
mengambil keputusan yang emosional atau impulsive (menurutkan desakan hati).
Model dalam pengambilan keputusan mempunyai tiga
komponen utama yaitu:
1.
Masukan
(input), komponen ini mempunyai berbagai pengaruh luar yang
berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi
nilai-nilai, sikap dan perilaku konsumen yang berkaitan dengan produk. Yang
utama dalam faktor masukan ini adalah berbagai kegiatan bauran pemasaran dan
pengaruh sosiobudaya di luar pemasaran.
2.
Proses,
komponen ini berhubungan dengan cara konsumen mengambil keputusan. Tindakan
pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap, yaitu: (a) Pengenalan
kebutuhan, (b) Penelitian sebelum pembelian, dan (c) Penilaian berbagai
alternatif. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan pencarian informasi sebelum
pembelian, yaitu: (a) Faktor-faktor produk (lamanya waktu antar pembelian,
perubahan model produk, perubahan harga, jumlah pembelian, harga yang tinggi,
merk alternatif yang banyak, berbagai macam keistimewaan), (b) Faktor situasi
(pengalaman, dapat diterima secara sosial, pertimbangan yang berhubungan dengan
nilai), dan (c) Faktor produk (karakteristik demografis konsumen, kepribadian).
Berbagai isu dalam mengevaluasi alternative, yaitu: (a) Rangkaian merek yang
diminati, mengacu pada merk-merk khusus yang dipertimbangkan konsumen dalam
melakukan
3.
pembelian
dalam kategori produk tertentu, (b) Kriteria yang
Dipakai untuk Mengevaluasi Merek, merupakan rangkaian merk yang mereka minati
biasanya dinyatakan dari sudut sifat-sifat produk yang penting, (c) Consumer
Desicion Rules, merupakan prosedur yang digunakan oleh konsumen untuk
memudahkan pemilihan merk, (d) Gaya Hidup sebagai Suatu Strategi Pengambilan
Keputusan Konsumen, berpengaruh pada berbagai perilaku khusus konsumen
sehari-hari. (e) Incomplete Information and Noncomparable Alternatives, dalam
berbagai situasi pilihan para konsumen menghadapi informasi yang tidak lengkap
sebagaid asar keputusan dan harus menggunakan berbagai strategi alternative
untuk mengatasi unsur-unsur yang hilang, (e) Series of Decisions (Serangkaian
Keputusan), dalam suatu pembelian dapat mencakup sejumlah keputusan. (f) Aturan
Pengambilan Keputusan dan Strategi Pemasaran, pengertian mengenai kaidah
keputusan mana yang akan digunakan konsumen dalam memilih produk atau jasa
tertentu sangat berguna bagi pemasar yang berkepentingan untuk merumuskan
program promosi, (g) Visi Konsumsi, sebagai gambaran pengambilan keputusan yang
tidak ortodoks, tetapi mungkin sekali akurat dalam situasi kurangnya pengalaman
konsumen dan tidak terstrukturnya maslah dengan baik, maupun dalam situasi yang
diliputi emosi yang dalam.
4.
Keluaran
(output), komponen ini menyangkut dua kegiatan pasca pembelian
yang berhubungan erat: perilaku pembelian dan penilaian pasca
pembelian. Tujuan dari dua kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan kepuasan konsumen terhadap pembeliannya.
PEMBELIAN
Istilah
purchasing atau pembelian sinonim dengan procurement atau pengadaan barang.
Berikut adalah definisi procurement menurut Bodnar dan Hopwood (2001:323),
yaitu:“Procurement is the business process of selecting a source, ordering,
and acquiring goods or services.”
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti: bahwa
pengadaan barang adalah proses bisnis dalam memilih sumber daya-sumber daya,
pemesanan dan perolehan barang atau jasa.
Brown dkk.
(2001:132) mengatakan bahwa secara umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: “managing the inputs into the organization’s
transformation (production process).” Pendapat tersebut
kurang lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke
dalam proses produksi organisasi.
Berikut adalah pendapat Galloway dkk. (2000:31)
mengenai fungsi pembelian, yaitu: “The
role of purchasing function is to make materials and parts of the right
quality, and quantity available for use by operations at the right time and at
the right place.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa peran
fungsi pembelian adalah untuk mengadakan material dan part pada kualitas yang
tepat dan kuantitas yang tersedia untuk digunakan dalam operasi pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.
Pentingnya
fungsi pembelian
Management
audit bisa digunakan untuk mengevaluasi organisasi secara keseluruhan ataupun
fungsi tertentu dalam organisasi, untuk menentukan apakah perusahaan sudah
memperoleh efisiensi biaya yang maksimum dari yang telah dilaksanakan oleh
fungsi tersebut selama ini. Penelitian ini menjadikan fungsi pembelian sebagai
sasaran audit.
Fungsi pembelian sering dianggap sebagai bagian yang
paling penting dan berpengaruh, bahkan bisa dikatakan sebagian besar proses
bisnis berasal dari kegiatan pembelian. Alasan yang sangat fundamental untuk
membahas fungsi pembelian ialah karena dalam bidang ini pemborosan mudah
terjadi, baik karena perilaku yang disfungsional maupun karena kurangnya
pengetahuan dalam berbagai aspek dan kurang teliti dan cermat.
DIAGNOSA PERILAKU
KONSUMEN
Dalam
pengambilan keputusan meliputi lima tahap :
1.
Penetapan masalah
2.
Pencarian informasi
3.
Evaluasi terhadap pilihan
4.
Pemilihan
5.
Hasil dari pilihan
Langkah-langkah
berikut ini dapat ditransformasikan ke dalam tahap-tahap keterlibatan konsumen
dalam pengambilan keputusan yang komplek :
1)
Need Aurosal
2)
Proses informasi konsumen
3)
Evaluasi Merek
4)
Pembelian
5)
Evaluasi sesudah pembelian
Pengambilan keputusan yang komplek seringnya untuk
produk berkategori :
• Barang dengan harga tinggi
• Barang yang mempunyai resiko penampilan seperti mobil dan produk medis
• Barang yang kompleks seperti komputer
• Barang special seperti peralatan olah raga, perabot
• Barang yang berhubungan dengan ego seseorang seperti pakaian, kosmetik
Daftar
Pustaka :
Referensi :
Schiffman, L.G., & Kanuk, L.L. 2007. Consumer Behaviour, 9th ed. New
Jersey, Pearson Prentice Hall.
Eddy Herjanto. Manajemen Operasi Edisi 3.
(Grasindo)